Pada tanggal 10-12 Oktober 2016, organisasi International Islamic School Alliance (Ittishal) menyelenggarakan konferensi untuk pertama kalinya. Acara konferensi itu dihadiri oleh perwakilan sekolah-sekolah Islam dari beberapa negara di Amerika Serikat, Eropa, Afrika Selatan, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Organisasi yang dirintis oleh Sekolah al Firdaus Solo dan Prive Alif Institute Prancis itu kini telah tumbuh untuk membangun jejaring sekolah-sekolah Islam secara global.
Atas saran dari pembina Yayasan Taruna Bengawan Solo, SABS turut berpartisipasi dalam acara tersebut dengan mengirimkan paper untuk dipresentasikan pada sesi paralel. Selain itu, SABS juga membuka stand pameran di lokasi. Delegasi SABS dalam konferensi diwakili oleh mas Yuli Ardika Prihatama dan delegasi yang bertugas di stand adalah siswa sekolah lanjutan SABS (Taqiya, Rio, dan Abhi) yang dibimbing oleh Mas Rahmat Setyawan.
Hari pertama konferensi, agendanya adalah pembukaan dan dilanjutkan dengan paparan kunci dari Dewan Penasihat Ittishal, Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie. Beliau menekankan pentingnya keluarga sebagai pondasi pembentukan generasi umat yang tangguh. Kemudian dilanjutkan dengan paparan materi dari para pembicara di sesi pertama, yaitu Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, Dr. Hamid Slimy dari Kanada, Benita Chudleigh dari Kedutaan Besar Australia, dan Prof. Dr. Youssef el Daus dari Saudi Arabia.
Dr. Ilham memaparkan pentingnya inovasi dalam membangun kemajuan sebuah bangsa, dan lembaga pendidikan adalah motor penggerak utamanya. Dr. Hamid Slimy menekankan pentingnya umat Islam untuk melakukan inovasi-inovasi kreatif secara maksimal di luar hal-hal yang menyangkut aturan ibadah mahdlah. Benita mengungkapkan peran Australia selama ini dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, khususnya di madrasah dan sekolah Islam. Sedangkan prof. Youssef memaparkan bagaimana keluarga menjadi pondasi pembangunan generasi umat. Diskusi hari pertama cukup singkat mengingat waktu yang tersedia terbatas.
Pada hari berikutnya, papaparan materi dan diskusi dilanjutkan dengan menghadirkan pembicara yang baru, yakni Hj. Eny Rahmah dari sekolah al Firdaus sekaligus direktur Ittishal, Abdalla Idris, Ph. D. dari Kanada, dan Prof. Dr. Badlihissam Mohd. Nor dari Malaysia. Ketiga pembicara mengangkat topik seputar pendidikan Islam. Abdalla Idris memaparkan bagaimana membangun kurikulum Islami di dalam sekolah agar anak-anak sejak awal terbina dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan Prof. Badli menekankan pentingnya upaya untuk membawa Islam tidak sekedar menjadi mata pelajaran/ kuliah tetapi menjadi sebuah sistem integral dalam kehidupan sekolah dan umat. Dan bu Eny menutup dengan contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang sudah diselenggarakan di sekolah al Firdaus selama ini, terutama bagaimana mengintegrasikan pendidikan inklusi pada sekolah regular. Diskusi berjalan lebih hidup karena waktu yang tersedia lebih panjang dari hari pertama.
Pada siang harinya, acara dilanjutkan dengan sesi parallel di mana para pengirim makalah diminta mempresentasikan. SABS mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan makalahnya di hadapan peserta dengan reviewer Mr. Issam Farchy dari Prancis. Para peserta cukup tertarik dengan konsep SABS, dan mereka mengajukan beberapa pertanyaan terkait keunikan SABS. Acara inti konferensi pun ditutup dengan pembacaan rekomendasi hasil konferensi.
Hari ketiga, peserta yang masih tinggal di Solo diajak untuk berwisata keliling Solo. Namun delegasi SABS tidak turut berpartisipasi pada agenda hari ketiga. Selain itu, stand SABS juga ditutup pada hari Selasa. Alhamdulillah, semoga kegiatan berjalan dengan lancar. Semoga gagasan tentang penyelenggaraan pendidikan yang telah dijalankan SABS selama ini dapat menjadi inspirasi bagi semua.